AMS Basic Mentality

Melalu implementasi Basic Mentality, budaya perusahaan mulai ditanamkan.

AMS Basic mentality adalah sikap mental yang mendasari cara berpikir dan bertindak dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari yang sesuai degnan sistem nilai Astra. Melalu implementasi Basic Mentality, budaya perusahaan mulai ditanamkan. Dimana setiap insan Astra mempunyai kebiasaan dan sikap kerja yang mencerminkan nilai-nilai dasar Astra. Pada tataran ini nilai-nilai dasar bukan lagi sekedar konsep tertulis, namun sudah mendarah daging dan menjadi nyata pada setiap individu. Mentalitas dasar yang baik, diyakini mampu membawa ke arah kemajuan dan bahkan mampu memperkuat perusahaan dikala memasuki masa-masa krisis. Astra, sebagai induk perusahaan besar terbukti mampu melewati masa-masa tersebut hingga bisa menjadi perusahaan yang disegani.

Mentalitas dasar Astra meliputi :

  1. Fokus pada pelanggan
  2. Fokus pada PLAN DO CHECK ACTION (PDCA)
  3. Fokus pada fakta dan data
  4. Fokus pada teamwork
  5. Fokus pada keunggulan
Focus on Customer (Fokus Pada Pelanggan)

Untuk menjadi perusaahn kelas dunia, kita tidak cukup ekedar memuaskan pelanggan dengan cara memenuhi harapannya, tetapi juga perlu untuk menghadirkan customer delight. Hal ini mensyaratkan terobosan dan inovasi dalam produk maupun jasa. Untuk dapat menciptakan nilai tambah ini, dibutuhkan pemahaman akan perilaku pelanggan serta berbagai trend yang berkembang melalui riset pasar yang berkesinambungan.

Seiring dengan bertambahnya tuntutan nilai tambah bagi pelanggan, maka kita harus meningkatkan standar kualitas dalam menghasilkan produk dan jasa yang terbaik. Aspek kualitas mencakup :

  1. Quality - Kualitas produk dan jasa yang dihasilkan minimal memenuhi harapan pelanggan
  2. Cost - Realistis bagi pelanggan
  3. Delivery - Tepat waktu/janji dalam memberikan produk/jasa
  4. Safety - Membangun citra Astra sebagai perusahaan yang memperhatikan keselamatan pengguna dan pembuatnya
  5. Morale - Etos kerja berdasarkan Astra Busness & Work Ethics
  6. Productivity - Peningkatan jumlah output seiring dengan kualitas produk
  7. Environment - Membangun lingkungan kerja yang sehat dan produktif
  8. Legal - Sesuai dengan ketentuan dan legalitas yang berlaku

Pelanggan adalah keseluruhan proses (end-to-end customer), sehingga kita perlu memastikan proses yang efektif dan efisien sejak awals sampai dengan akhir. Pemahaman kebutuhan pelanggan secara tepat dan identifikasi hal-hal kritikal pada setiap subproses yang berdampak pada hasil akhir (produk dan jasa) yang dihasilkan akan membantu menciptakan kepuasan pelanggan secara menyeluruh (total customer satisfaction)

Beberapa contoh perilaku penerapannya adalah sebagai berikut:

  • Menolak produk/jasa yang cacat, untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
  • Mengungkapkan dan mengatasi masalah yang terjadi dalam proses kerjanya.
  • Tidak meneruskan produk/jasa yang cacat ke proses berikutnya
Focus on PDCA (Plan Do Check Action)

Demi terlaksananya strategi dan tercapainya sasaran, pengelolaan organisasi membutuhkan proses yang sistematis dan berkesinambungan melalui PDCA, yaitu :

  1. Plan (merencanakan)
  2. Do (melaksanakan)
  3. Check (mengevaluasi)
  4. Action (menindak-lanjuti)

Sikulus PDCA dilakukan sampai terciptanya prestasi standar kinerja yang ingin dicapai. Hasil pencapaian ini selanjutnya akan menjadi landasan untuk melakukan PDCA berikutnya. Kegiatan PDCA secara berkesinambungan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan/memerpaiki kinerja perusahaan. Siklus PDCA di Astra diterapkan dalam seluruh proses dan level organisasi.

Salah satu bentuk nyata dari penerapan PDCA adalah aktivitas improvement dan innovation mulai dari level individu (suggestion system), level departemen (quality control circle), level divisi (quality control project), level perusahaan (busines process improvement), dan antar perusahaan (value chain innovation)

Focus on Facts and Data (Fokus pada Data)

Keputusan bisnis yang jitu dan improvement atau innovation yang berkualitas memerlukan analisa masalah yang tepat dan pengukuran kinerja yang akurat, berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari fakta di lapangan. Data adalah “potret” dari fakta yang dapat menghindari kesalahan asumsi dan intepretasi dalam menganalisa masalah. Untuk itu perlu ada metode dan alat pengukuran untuk memperoleh fakta di lapangan.

Prinsip Prioritas merupakan pola berpikir dan bertindak melalui :

  1. Prisip efektivitas : tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan (tepat guna)
  2. Prinsip efisiensi : pengunaan sumber daya yang ada untuk mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin (tepat cara)

Menggunakan kriteria SMART untuk rumusan sasaran. Sasaran yang baik, selain disepakati bersama, juga harus memenuhi kriteria:

  1. Specific -> tidak menimbulkan multi tafsir
  2. Measurable -> secara kuantitatif dapat dievaluasi
  3. Achievement -> menantang dan memotivasi
  4. Realistic -> dapat dilaksanakan
  5. Time Phase -> terdapat kejelasan dari sisi tenggang waktu

Pada perkembangannya pemenuhuan unsur SMART dapat disesuaikan dengan kondisi bisnis masing-masing perusahaan.

SOP (Standard Operating Procesudre). SOP perlu dibuat dengan format yang sederhana, mudah dimengerti, mudah digunakan, serta ditindaklanjuti dengan program sosialisasi dan implementasi. Standarisasi ini bertunjuan untuk:

  • Menghindari salah pengertian dan persepsi

  • Menjaga konsistensi dan akurasi

  • Memperoleh proses kerja

  • Menjadi acuan standar bagi setiap orang

  • Mempercepat pengambilan keputusan

  • Menjadi pijakan untuk melakukan improvement selanjutnya

Focus on Teamwork (Fokus pada kerjasama tim)

Astra meyakini bahwa tim yang hebat akan mampu menghasilakn kinerja yang lebih baik dibandingkan sekelompok orang hebat yang bekerja secara individu. Dalam membangun kerjasama yang unggul, kita perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :

Kematangan individu. Suatu kelompok yang baik terdiri dari anggota yang memiliki tingkat kematangan yang tinggi, baik karakter maupun kompetensi. Kematangan karakter ditandai dengan :

  • Integritas, yaitu kesamaan antara ucapan dengan perbuatan

  • Proaktivitas, yaitu sikap hidup yang berlandaskan pada prinsip dan sistem nilai dan bukan pada keadaan lingkungan, tindakan orang lain atau perasaan

  • Mentalitas kelimpahan (abudance mentality), yaitu sebuah prinsip mau berbagi kemampuan dan pengalaman yang dimiliki dengan orang lain tanpa takut kehilangan hal tersebut.

Kematangan kempetensi adalah penguasaan keterampilan dan pengetahuan tentang suatu bidang kerja, yang terus menerus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Tidak menyalahkan orang lain. Masing,asing insan Astra diharapkan menhaga hubungan harmonis yang dilandasi oleh tiga sikap :

  • Saling percaya (trust)

  • Saling pengertian (mutual understanding)

  • Saling memberi (mutual giving)

Iklim kerjasama perlu untuk terus dibangun dengan menhindari sikap saling menyalahkan satu sama lain, dengan mengubah paradigma dari asking who menjadi asking what. Keselarasan sinergi antar tim. Selain kerjasama dallm ti, kita juga perlu membangun kerjasama antar fungsi, departemen, divisi, danatar perusahaan Astra sehingga tercipta sinergi. Hal ini membutuhkan :

  • Kejelasan tanggung jawab dan otoritas. Penghayatan peran dan koordinasi akan semakin efektif dan efisien ketika terdapat kejelasan peran dan otoritas. Hal ini juga mencegah proses kerja yang tumpang tindih ataupun tercipta “grey areas” yang dapat memicu terjadi konflik

  • Keterbukaan lintas fungsi. Upaya untuk saling membuka diri dapat mengalirkan berbagai informasi maupun kontribusi ide, pemikiran, maupun sumber daya lainnya. Keterbukaan ini juga dapat membangun kepercayaan dan keselarasan pemahaman setiap anggota tim terhadap setiap isu yang dihadapi perusahaan.

Focus on Excelence (Fokus pada keunggulan)

Perubahan selalu terjadi karena ada faktor manusia sebagai makhluk budaya yang tidak berhenti melakukan perubahan. Kita harus beranikeluar dari zona nyaman untuk dapat menemukan hal-hal baru. Banyak temuan-temuan inovatif berawal dari kegagalan. Namun, semangat pantang menyerah dan tidak mengalah pada kegagalan telah memungkinkan terciptanya banyak terobosan. Untuk itu, kitaharus mengkondisikan iklim yang membuat orang merasa nyaman untuk berkreasi tanpa rasa takut akan risiko kegagalan. Bila kesalahan atau kegagalan sampai terjadi, masih ada peluang untuk mengubah pengalaman tersebut menjadi kesempatan untuk belajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

  1. Menumbuhkan semangat saling mempercayai dan menghargai (mutual trust and respect)
  2. Membangun keterlibatan diantara anggota tim (participatory environment)
  3. Menciptakan iklim yang menunjang munculnya kreativitas (creative working climate)
Product Manager & Life Conoisseurs

Saya adalah masyarakat penikmat internet yang biasa aja, mencoba untuk menapaki dunia tulis-menulis. blog ini dibuat murni untuk menyalurkan hasrat pribadi. (Disclaimer) beberapa konten mungkin bisa dari berbagai sumber.

comments powered by Disqus

Related